Chelsea menginginkan £100 juta untuk Jackson – gosip hari Sabtu

outsidethearc.com – Bursa transfer musim panas kembali memanas dengan pergerakan besar dari klub-klub top Eropa. Chelsea dikabarkan menetapkan harga selangit untuk Nicolas Jackson, sementara Barcelona mengalihkan target mereka ke Marcus Rashford. Di sisi lain, Juventus dilaporkan telah mencapai kesepakatan untuk mendatangkan Jadon Sancho dari Manchester United.

Di tengah minat dari AC Milan, Chelsea tak main-main dalam menjaga striker muda mereka, Nicolas Jackson. Klub asal London tersebut mematok harga £100 juta untuk pemain asal Senegal berusia 24 tahun itu. Dengan performa yang terus meningkat, The Blues tampaknya tak ingin melepasnya dengan harga murah.

Barcelona Incar Rashford Sebagai Target Sayap Kiri

Gagal mendapatkan Luis Diaz dari Liverpool dan Nico Williams dari Athletic Bilbao, Barcelona kini menjadikan Marcus Rashford sebagai target utama mereka untuk posisi sayap kiri. Pemain Manchester United yang kini berusia 27 tahun itu dianggap sebagai sosok ideal untuk mengisi lini serang Barca yang masih membutuhkan dorongan tambahan.

Meski belum ada penawaran resmi, ketertarikan Barcelona terhadap Rashford memunculkan spekulasi baru soal masa depan sang pemain di Old Trafford, terutama setelah musim 2024/2025 yang tidak konsisten.

Juventus Sepakat Soal Harga Jadon Sancho

Kabar mengejutkan datang dari Italia. Juventus dilaporkan telah mencapai kesepakatan harga sebesar €20 juta (sekitar £17,3 juta) untuk mendatangkan Jadon Sancho. Pemain berusia 24 tahun itu sedang dalam proses negosiasi paket pemutusan kontrak dengan Manchester United. Jika rampung, Sancho akan kembali bermain di Serie A setelah sebelumnya bersinar di Bundesliga bersama Dortmund.

Langkah Juventus ini dianggap strategis, mengingat mereka tengah melakukan peremajaan lini serang dan membutuhkan pemain kreatif untuk mendukung lini depan mereka.

Klub Lain Juga Bergerak: Wissa, McAtee, dan Rodrygo Masuk Radar

Tottenham Hotspur masih menunjukkan ketertarikan terhadap Yoane Wissa dari Brentford. Namun, belum ada langkah konkret sejak klub diberi tahu bahwa nilai sang pemain mencapai £50 juta. Sementara itu, Nottingham Forest tengah mempertimbangkan tawaran sebesar £25 juta plus tambahan untuk James McAtee, tetapi Manchester City bersikeras bahwa gelandang muda Inggris itu bernilai £40 juta.

Dari Belanda, PSV Eindhoven dikabarkan bersedia melepas Johan Bakayoko. Beberapa klub seperti Everton, Bournemouth, hingga RB Leipzig telah menyatakan minatnya. Di saat yang sama, Arsenal dilaporkan tetap memantau Rodrygo dari Real Madrid meskipun mereka hampir menyelesaikan transfer Noni Madueke dari Chelsea.

Pergerakan Kiper dan Bek di Bursa Transfer

Aston Villa semakin dekat dalam menyelesaikan transfer kiper senior asal Belanda, Marco Bizot, dari klub Prancis Brest. Sementara itu, Atalanta membuka peluang untuk melepas bek muda berbakat Giorgio Scalvini dengan nilai minimal £50 juta. Newcastle dan Manchester United disebut berada di garis depan perburuan bek berusia 21 tahun itu.

Asensio dan Munoz Berpotensi Pindah

Di luar Premier League, Daniel Munoz dari Crystal Palace disebut ingin hengkang meski baru saja memperpanjang kontraknya. Pemain asal Kolombia itu sedang mempertimbangkan opsi untuk mencari tantangan baru. Sedangkan Marco Asensio, yang kini membela PSG, dilaporkan hampir bergabung dengan Fenerbahce. Klub asal Turki itu tampaknya serius membangun kekuatan menjelang musim baru.

Kesimpulan

Bursa transfer kali ini tak hanya sibuk dengan nama-nama besar, tapi juga dengan manuver cepat dari klub-klub yang berusaha memperkuat skuad mereka. Dari Chelsea hingga Juventus, dari Barcelona ke Fenerbahce—semuanya bersaing untuk mendapatkan pemain terbaik dengan harga dan strategi masing-masing.

Pantau terus outsidethearc.com untuk update lengkap dan tajam seputar dunia sepak bola internasional, khususnya soal pergerakan transfer yang terus berubah dari hari ke hari.

Kejuaraan Hoki AHF 2025: Indonesia Jadi Tuan Rumah

Kejuaraan Medusa88 Alternatif Hoki AHF 2025 menjadi sorotan penting dalam kalender olahraga Asia, dan Indonesia berperan sebagai tuan rumah yang sukses menyelenggarakan turnamen ini. Dua edisi Kejuaraan Hoki Asia (AHF Cup) digelar di Jakarta pada April 2025, menandai kali kedua Indonesia dipercaya sebagai penyelenggara setelah sebelumnya pada 2016.

Kejuaraan Hoki AHF 2025 di Jakarta

Turnamen ini berlangsung di Lapangan Hoki Gelora Bung Karno (GBK) dari 17 hingga 27 April 2025, dengan dua kategori utama: putra dan putri. Sebanyak 10 tim putra dan 8 tim putri dari berbagai negara Asia berkompetisi memperebutkan gelar juara dan tiket menuju Piala Asia Hoki 2025.

Pada kategori putra, tim Oman tampil mengejutkan dengan meraih gelar juara pertama mereka setelah mengalahkan Taiwan 4–3 di final. Sementara itu, Bangladesh yang sebelumnya menjadi juara bertahan, harus puas dengan medali perunggu setelah mengalahkan Kazakhstan 3–0. Sebagai finalis, Oman dan Taiwan memperoleh tiket ke Piala Asia Hoki 2025 di India .

Di kategori putri, Singapura mencatatkan sejarah dengan meraih gelar juara pertama mereka setelah mengalahkan Taiwan melalui adu penalti 3–2 setelah bermain imbang 1–1 di waktu normal. Kemenangan ini mengantarkan Singapura dan Taiwan ke Piala Asia Hoki 2025 .

Peran Indonesia dalam Kejuaraan Hoki AHF 2025

Sebagai tuan rumah, Indonesia tidak hanya menyediakan fasilitas bertaraf internasional di GBK, tetapi juga menunjukkan komitmen tinggi dalam memajukan olahraga hoki. Federasi Hoki Indonesia (FHI) bekerja sama dengan Asian Hockey Federation (AHF) untuk memastikan kelancaran turnamen dan pengalaman positif bagi semua peserta.

Selain itu, Indonesia memanfaatkan momentum ini untuk mempersiapkan tim nasional menghadapi SEA Games 2025. Para pemain yang tampil di AHF Cup 2025 tetap dipertahankan untuk pelatihan menuju SEA Games, dengan fokus pada tiga nomor: hoki indoor, outdoor, dan hockey five .

Dampak Positif bagi Olahraga Hoki di Indonesia

Keberhasilan Indonesia sebagai tuan rumah AHF Cup 2025 membawa dampak positif bagi perkembangan hoki di Tanah Air. Turnamen ini tidak hanya meningkatkan popularitas olahraga hoki, tetapi juga memberikan kesempatan bagi atlet muda untuk berkompetisi di tingkat internasional. Selain itu, penyelenggaraan event berskala besar seperti ini memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat kegiatan olahraga di Asia Tenggara.

Kesimpulan

Kejuaraan Hoki AHF 2025 di Jakarta menjadi bukti nyata bahwa Indonesia mampu menyelenggarakan turnamen olahraga internasional dengan sukses. Melalui event ini, Indonesia tidak hanya menunjukkan kemampuan sebagai tuan rumah, tetapi juga berkontribusi pada perkembangan olahraga hoki di Asia. Dengan persiapan matang dan dukungan dari semua pihak, Indonesia siap untuk terus berperan aktif dalam memajukan olahraga hoki di kawasan Asia.

Arteta merekrut tiga kali lebih banyak kiper daripada penyerang

outsidethearc.com – Sejak menjabat sebagai manajer Arsenal pada Desember 2019, Mikel Arteta tercatat telah merekrut 32 pemain—baik permanen maupun pinjaman. Namun, dari jumlah tersebut, hanya dua yang berposisi sebagai striker murni. Hal ini memunculkan pertanyaan besar: apakah Arteta terlalu mengabaikan lini depan dalam proyek panjangnya di Emirates?

Transfer terbaru Martin Zubimendi dan penjaga gawang Kepa Arrizabalaga semakin mempertegas kecenderungan Arteta untuk memperkuat sektor lain ketimbang lini serang. Zubimendi menjadi gelandang ke sekian dalam daftar belanja Arteta, sementara Kepa adalah kiper keenam yang dibawa ke klub dalam lima musim terakhir.

Arsenal Investasi Besar Tapi Bukan untuk Striker

Sejak 2019, Arteta telah menghabiskan sekitar £743 juta untuk belanja pemain, belum termasuk add-on. Dari jumlah itu, £341 juta dihabiskan untuk gelandang dan winger, £231 juta untuk bek, dan £63,5 juta untuk posisi penjaga gawang. Sementara itu, total investasi untuk striker hanya £107 juta—dan itu hanya digunakan untuk dua nama: Gabriel Jesus dan Kai Havertz.

Menariknya, keduanya bukanlah striker murni dalam arti klasik. Jesus sering bermain melebar dan terlibat dalam permainan kombinasi, sementara Havertz dikenal lebih sebagai gelandang serang atau second striker ketimbang target man sejati.

Krisis Gol Musim Lalu Bisa Jadi Alarm

Dalam musim 2024–25, Arsenal mencetak 22 gol lebih sedikit dibanding musim sebelumnya. Ketajaman yang menurun tersebut membuat mereka tertinggal jauh dari juara liga Liverpool. Statistik ini mungkin menjadi alasan utama mengapa desakan untuk mendatangkan striker murni makin kencang terdengar.

Leandro Trossard sempat mengisi lini depan ketika Jesus dan Havertz mengalami cedera. Namun, pemain asal Belgia tersebut lebih banyak dimainkan sebagai winger dan tidak tercatat sebagai striker utama dalam skema Arteta. Artinya, Arsenal masih belum punya sosok penyerang sentral yang konsisten dan produktif sejak era Pierre-Emerick Aubameyang berakhir.

Strategi Arteta: Dominasi Tengah, Kreativitas dari Sayap

Gaya main Arsenal era Arteta jelas menekankan dominasi lini tengah dan distribusi dari sayap. Hal ini terlihat dari banyaknya investasi di sektor gelandang seperti Thomas Partey, Declan Rice, Fabio Vieira, dan terbaru Zubimendi. Di sisi sayap, pembelian seperti Bukayo Saka dan Gabriel Martinelli menegaskan fokus pada penetrasi dari sisi luar lapangan.

Meski strategi ini menciptakan penguasaan bola dan kontrol pertandingan yang tinggi, absennya sosok finisher murni membuat Arsenal kerap kesulitan menuntaskan peluang. Dalam pertandingan-pertandingan krusial, ketajaman di kotak penalti menjadi perbedaan antara meraih tiga poin atau kehilangan momentum.

Apakah Arsenal Butuh Striker Baru?

Dengan bursa transfer musim panas yang masih terbuka, spekulasi soal kehadiran penyerang baru kembali mencuat. Nama-nama seperti Viktor Gyokeres dan Benjamin Sesko sempat dikaitkan dengan The Gunners. Banyak pihak menilai inilah saatnya bagi Arteta merekrut striker nomor sembilan sejati agar ambisinya menjuarai Premier League tidak kembali kandas.

Apalagi, pengalaman musim lalu menunjukkan bahwa ketika lini depan pincang, tidak ada cukup kedalaman atau alternatif di posisi itu. Perekrutan striker murni bukan hanya soal menambah amunisi, tapi soal keseimbangan taktik dan ketajaman yang sudah lama dinantikan fans Emirates.

Penutup

Selama lima musim kepemimpinannya, Mikel Arteta berhasil membawa stabilitas dan identitas permainan baru bagi Arsenal. Tapi dengan hanya dua striker murni dalam total 32 rekrutan, banyak yang menilai lini depan belum menjadi prioritas utama. Kini, setelah kegagalan menyaingi Liverpool musim lalu, tekanan untuk mendatangkan penyerang kelas atas semakin besar.

Jika Arteta ingin mengakhiri puasa gelar Premier League, tampaknya sudah waktunya Arsenal mengalihkan fokus dari lini tengah dan pertahanan, lalu serius memburu sosok predator di kotak penalti.

NCAA Resmi Izinkan Pembayaran Atlet Kampus

outsidethearc.com – Dunia olahraga perguruan tinggi di Amerika Serikat resmi memasuki babak baru. Per 1 Juli, kebijakan bersejarah hasil dari penyelesaian kasus House v. NCAA mulai berlaku. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, perguruan tinggi diperbolehkan memberikan kompensasi langsung kepada atlet atas performa mereka. Ini adalah langkah revolusioner yang menandai dimulainya era pay-for-play secara sah di lingkungan NCAA.

NCAA telah mencabut sejumlah aturan lama yang selama ini melarang pembayaran langsung kepada atlet. Kini, sekolah-sekolah yang tergabung dalam penyelesaian hukum tersebut berhak membagi sebagian pendapatan mereka langsung kepada para atlet. Angka maksimal yang diperbolehkan berkisar di $20 juta per tahun per institusi, dan jumlah ini mencakup seluruh atlet lintas cabang olahraga, bukan hanya dari cabang unggulan seperti sepak bola atau basket.

Bagaimana Sistem Pembayaran Ini Akan Dijalankan?

Setiap sekolah kini dapat mengalokasikan dana sendiri untuk dibagikan kepada para atlet. Sistem ini bersifat fleksibel namun tetap berada dalam pengawasan ketat dari College Sports Commission (CSC), lembaga baru yang dibentuk khusus untuk mengatur dan mengawasi sistem kompensasi ini. CSC menggantikan peran regulasi NCAA dalam urusan pembayaran langsung dan kini bertugas memastikan tidak ada manipulasi atau pelanggaran terhadap batas gaji.

Diperkirakan sekitar 70% dari total dana yang tersedia—sekitar $15 juta—akan dialokasikan ke program sepak bola di sekolah-sekolah dalam konferensi besar seperti Big Ten dan SEC. Namun, sekolah juga punya wewenang untuk menentukan pembagian dana sesuai prioritas masing-masing. Kentucky dan UConn, misalnya, bisa mengalokasikan dana lebih besar untuk program basket pria mereka. Sementara itu, sekolah-sekolah non-sepak bola di konferensi seperti Big East bisa mengambil keuntungan dengan mengalihkan dana ke cabang olahraga lain.

Bagaimana dengan Atlet Perempuan dan Isu Kesetaraan?

Isu Title IX, yang menjamin kesetaraan gender dalam pendidikan dan aktivitas kampus termasuk olahraga, tetap menjadi perhatian dalam model baru ini. Walaupun belum ada kejelasan resmi soal bagaimana model revenue sharing akan memenuhi prinsip tersebut, banyak pihak mendesak agar dana juga dialokasikan secara adil untuk olahraga perempuan. Setidaknya, sebagian dari anggaran wajib mendukung program atlet perempuan agar tidak tercipta kesenjangan yang mencolok.

Perlu dicatat, meskipun atlet menerima pembayaran, status mereka tidak berubah menjadi pegawai kampus. Mereka tetap dianggap sebagai kontraktor independen, dan pembayaran akan diberikan lewat skema yang menyerupai kontrak kerja jangka pendek.

Peran NIL dan Sistem Pengawasan Baru

Meski kini atlet bisa menerima gaji langsung, mereka masih tetap diperbolehkan menandatangani kontrak NIL (Name, Image, Likeness) dengan perusahaan atau pihak luar. Namun, semua kontrak wajib melalui sistem clearinghouse bernama NIL Go yang dibangun bekerja sama dengan Deloitte. Sistem ini akan memastikan bahwa setiap kontrak memiliki nilai pasar yang wajar dan tujuan bisnis yang sah.

Melalui sistem ini, Deloitte menyatakan bahwa sekitar 90% kontrak dengan perusahaan publik kemungkinan akan disetujui, sementara lebih dari 70% kontrak yang melibatkan kolektif pendukung (boosters) mungkin akan ditolak. Tujuannya jelas: mencegah penggunaan kontrak palsu atau tidak wajar untuk menghindari batasan gaji yang diberlakukan.

Siapa yang Berhak dan Siapa yang Tidak?

Setiap sekolah anggota NCAA dapat mengikuti skema ini selama mereka menyetujui seluruh syarat dalam penyelesaian House v. NCAA. Beberapa konferensi besar seperti Big Ten, SEC, dan Big 12 sudah menyatakan kesiapan mereka untuk membayar penuh sekitar $20 juta per musim. Sementara itu, American Athletic Conference (AAC) akan mulai dengan $10 juta yang dibagi selama tiga tahun.

Sekolah-sekolah kecil seperti Sacramento State juga menunjukkan niat untuk ikut dalam sistem ini. Namun, banyak sekolah lain, terutama dari FBS level menengah dan bawah, mungkin akan memilih untuk tidak ikut karena beban finansial yang besar.

Masa Depan Kolektif dan Kontrak yang Mengikat

Keberadaan kolektif yang dulu menjadi tulang punggung pendanaan NIL kini memasuki masa transisi. Beberapa sekolah mungkin akan membubarkan kolektif dan mengambil alih semua manajemen pembayaran secara langsung. Sementara lainnya masih akan menggunakan kolektif sebagai alat pendukung, terutama untuk urusan edukasi finansial dan koneksi endorsement.

Namun muncul pertanyaan besar: apakah kontrak revenue sharing bersifat mengikat? Beberapa kasus transfer terbaru seperti Madden Iamaleava (Arkansas ke UCLA) dan Xavier Lucas (Wisconsin ke Miami) menunjukkan bahwa sekolah mulai mencoba menegakkan klausul buyout dalam kontrak. Hal ini menunjukkan bahwa sistem hukum akan terus menjadi medan penting untuk menyelesaikan perselisihan antara atlet dan institusi.

Penutup: Perubahan Ini Baru Awal

Penerapan sistem ini jelas membawa angin segar sekaligus tantangan besar bagi dunia olahraga kampus. Meski banyak yang melihat ini sebagai bentuk keadilan finansial bagi para atlet yang selama ini menjadi wajah dan penggerak industri, masih ada banyak lubang hukum dan teknis yang harus ditambal.

Outsidethearc.com akan terus memantau bagaimana pelaksanaan kebijakan ini berlangsung dalam beberapa bulan ke depan. Apakah sistem ini akan memperkecil ketimpangan antar sekolah atau justru menciptakan jurang baru? Yang jelas, dunia olahraga perguruan tinggi tak akan pernah sama lagi setelah 1 Juli ini.

Piala Dunia 2026: Persiapan dan Ekspektasi Negara Peserta Menjelang Turnamen Sepak Bola Terbesar

Piala Dunia 2026 sbobet88 menjadi edisi yang sangat dinantikan, tidak hanya karena menjadi turnamen sepak bola terbesar di dunia, tetapi juga karena akan menjadi ajang yang pertama kalinya dihelat di tiga negara sekaligus, yaitu Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Dengan melibatkan 48 tim, Piala Dunia 2026 akan memperkenalkan format baru yang lebih luas dan lebih inklusif, menciptakan banyak peluang dan tantangan baru bagi para negara peserta. Persiapan dan ekspektasi menjelang turnamen ini tentu sangat beragam, baik dari segi infrastrukturnya maupun persiapan teknis dan mental tim.

Persiapan Infrastruktur dan Fasilitas

Salah satu aspek yang paling signifikan dalam persiapan Piala Dunia 2026 adalah infrastruktur. Ketiga negara penyelenggara—Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko—memiliki stadion-stadion kelas dunia yang sudah siap menyambut pertandingan. Amerika Serikat, dengan kapasitas stadion yang besar dan fasilitas yang canggih, diprediksi akan menjadi pusat utama dari turnamen ini. Kota-kota seperti New York, Los Angeles, dan Miami dipastikan akan menjadi tempat penyelenggaraan pertandingan-pertandingan besar. Sementara itu, Meksiko dan Kanada juga akan berperan besar dengan stadion-stadion yang tidak kalah megah.

Penyelenggaraan turnamen ini tentu membutuhkan lebih dari sekadar stadion yang memadai. Infrastruktur transportasi, akomodasi, dan fasilitas pendukung lainnya juga menjadi fokus utama. Baik Meksiko, Kanada, maupun Amerika Serikat, memiliki pengalaman dalam menyelenggarakan acara internasional besar seperti Olimpiade dan kejuaraan dunia lainnya, yang membuat mereka relatif siap dari sisi logistik.

Namun, tantangannya tetap ada. Di Amerika Serikat, misalnya, akan ada beberapa kota yang harus menyesuaikan fasilitas olahraga mereka untuk memenuhi standar FIFA. Hal ini memerlukan investasi yang signifikan, dan mungkin akan ada perubahan besar pada beberapa stadion yang sudah ada. Sementara itu, di Kanada dan Meksiko, meskipun stadion-stadion sudah memenuhi standar internasional, tantangan yang dihadapi mungkin lebih berkaitan dengan meningkatkan kapasitas dan kualitas akomodasi serta fasilitas pelatihan untuk tim peserta.

Ekspektasi Negara Peserta

Piala Dunia 2026 akan memperkenalkan sistem baru dengan 48 negara peserta, yang berarti akan ada lebih banyak peluang bagi negara-negara yang sebelumnya kurang beruntung untuk tampil di panggung dunia. Hal ini tentu memberikan harapan baru bagi negara-negara yang mungkin belum pernah merasakan atmosfer Piala Dunia atau yang baru pertama kali lolos.

Salah satu negara yang memiliki ekspektasi tinggi adalah Brasil. Sebagai negara dengan sejarah sepak bola yang sangat kaya dan banyak gelar Piala Dunia, Brasil selalu menjadi favorit utama. Meskipun mereka telah mengalami kegagalan di beberapa turnamen terakhir, seperti Piala Dunia 2014 dan 2018, para penggemar dan pemain Brasil tetap percaya bahwa mereka bisa kembali meraih kejayaan. Dengan generasi muda yang berbakat, Brasil berharap bisa kembali ke puncak dan menambah koleksi trofi mereka.

Tentu saja, ekspektasi juga datang dari negara tuan rumah. Meksiko, Kanada, dan Amerika Serikat tidak hanya ingin menjadi tuan rumah yang sukses, tetapi juga ingin menunjukkan bahwa mereka mampu bersaing di level tertinggi. Kanada, meskipun tidak memiliki sejarah panjang di Piala Dunia, dapat menjadi kejutan, terutama dengan banyaknya talenta muda yang menjanjikan.

Tantangan dalam Menyusun Tim

Bagi negara-negara peserta, menyusun tim untuk Piala Dunia 2026 bukanlah tugas yang mudah. Dengan format baru yang memperluas jumlah tim, seleksi pemain menjadi semakin penting. Setiap negara harus memilih pemain terbaik dari berbagai liga di dunia, yang sering kali memiliki perbedaan gaya bermain dan pengalaman. Koordinasi antara pelatih, pemain, dan federasi menjadi kunci sukses, karena hanya dengan tim yang kompak dan strategi yang solid, negara dapat bertahan dan bersaing di level tinggi.

Selain itu, faktor fisik dan mental juga memainkan peranan yang besar. Pemain harus siap untuk menjalani turnamen panjang dengan intensitas tinggi. Piala Dunia 2026 menjanjikan banyak hal baru dan menarik, baik bagi negara penyelenggara maupun negara peserta.