outsidethearc.com – Sejak menjabat sebagai manajer Arsenal pada Desember 2019, Mikel Arteta tercatat telah merekrut 32 pemain—baik permanen maupun pinjaman. Namun, dari jumlah tersebut, hanya dua yang berposisi sebagai striker murni. Hal ini memunculkan pertanyaan besar: apakah Arteta terlalu mengabaikan lini depan dalam proyek panjangnya di Emirates?
Transfer terbaru Martin Zubimendi dan penjaga gawang Kepa Arrizabalaga semakin mempertegas kecenderungan Arteta untuk memperkuat sektor lain ketimbang lini serang. Zubimendi menjadi gelandang ke sekian dalam daftar belanja Arteta, sementara Kepa adalah kiper keenam yang dibawa ke klub dalam lima musim terakhir.
Arsenal Investasi Besar Tapi Bukan untuk Striker
Sejak 2019, Arteta telah menghabiskan sekitar £743 juta untuk belanja pemain, belum termasuk add-on. Dari jumlah itu, £341 juta dihabiskan untuk gelandang dan winger, £231 juta untuk bek, dan £63,5 juta untuk posisi penjaga gawang. Sementara itu, total investasi untuk striker hanya £107 juta—dan itu hanya digunakan untuk dua nama: Gabriel Jesus dan Kai Havertz.
Menariknya, keduanya bukanlah striker murni dalam arti klasik. Jesus sering bermain melebar dan terlibat dalam permainan kombinasi, sementara Havertz dikenal lebih sebagai gelandang serang atau second striker ketimbang target man sejati.
Krisis Gol Musim Lalu Bisa Jadi Alarm
Dalam musim 2024–25, Arsenal mencetak 22 gol lebih sedikit dibanding musim sebelumnya. Ketajaman yang menurun tersebut membuat mereka tertinggal jauh dari juara liga Liverpool. Statistik ini mungkin menjadi alasan utama mengapa desakan untuk mendatangkan striker murni makin kencang terdengar.
Leandro Trossard sempat mengisi lini depan ketika Jesus dan Havertz mengalami cedera. Namun, pemain asal Belgia tersebut lebih banyak dimainkan sebagai winger dan tidak tercatat sebagai striker utama dalam skema Arteta. Artinya, Arsenal masih belum punya sosok penyerang sentral yang konsisten dan produktif sejak era Pierre-Emerick Aubameyang berakhir.
Strategi Arteta: Dominasi Tengah, Kreativitas dari Sayap
Gaya main Arsenal era Arteta jelas menekankan dominasi lini tengah dan distribusi dari sayap. Hal ini terlihat dari banyaknya investasi di sektor gelandang seperti Thomas Partey, Declan Rice, Fabio Vieira, dan terbaru Zubimendi. Di sisi sayap, pembelian seperti Bukayo Saka dan Gabriel Martinelli menegaskan fokus pada penetrasi dari sisi luar lapangan.
Meski strategi ini menciptakan penguasaan bola dan kontrol pertandingan yang tinggi, absennya sosok finisher murni membuat Arsenal kerap kesulitan menuntaskan peluang. Dalam pertandingan-pertandingan krusial, ketajaman di kotak penalti menjadi perbedaan antara meraih tiga poin atau kehilangan momentum.
Apakah Arsenal Butuh Striker Baru?
Dengan bursa transfer musim panas yang masih terbuka, spekulasi soal kehadiran penyerang baru kembali mencuat. Nama-nama seperti Viktor Gyokeres dan Benjamin Sesko sempat dikaitkan dengan The Gunners. Banyak pihak menilai inilah saatnya bagi Arteta merekrut striker nomor sembilan sejati agar ambisinya menjuarai Premier League tidak kembali kandas.
Apalagi, pengalaman musim lalu menunjukkan bahwa ketika lini depan pincang, tidak ada cukup kedalaman atau alternatif di posisi itu. Perekrutan striker murni bukan hanya soal menambah amunisi, tapi soal keseimbangan taktik dan ketajaman yang sudah lama dinantikan fans Emirates.
Penutup
Selama lima musim kepemimpinannya, Mikel Arteta berhasil membawa stabilitas dan identitas permainan baru bagi Arsenal. Tapi dengan hanya dua striker murni dalam total 32 rekrutan, banyak yang menilai lini depan belum menjadi prioritas utama. Kini, setelah kegagalan menyaingi Liverpool musim lalu, tekanan untuk mendatangkan penyerang kelas atas semakin besar.
Jika Arteta ingin mengakhiri puasa gelar Premier League, tampaknya sudah waktunya Arsenal mengalihkan fokus dari lini tengah dan pertahanan, lalu serius memburu sosok predator di kotak penalti.