OUTSIDETHEARC – Singapura saat ini tengah dihantui oleh gelombang pornografi deepfake yang semakin meresahkan, terutama di kalangan remaja perempuan. Teknologi deepfake, yang menggunakan kecerdasan buatan untuk memanipulasi gambar dan video, telah digunakan untuk menciptakan konten pornografi palsu yang sangat sulit dibedakan dari yang asli. Fenomena ini tidak hanya meresahkan tetapi juga berbahaya, karena dapat menyebabkan trauma psikologis yang mendalam bagi para korban.

Kasus di Sekolah Olahraga Singapura

Pada November 2024, sejumlah siswa remaja dari Sekolah Olahraga Singapura (SSP) menjadi korban dari pornografi deepfake. Polisi mengusut kasus ini setelah foto-foto telanjang yang dihasilkan oleh teknologi deepfake beredar di kalangan siswa. Foto-foto tersebut dibuat dan dibagikan tanpa persetujuan dari para korban, yang sebagian besar adalah remaja perempuan. Kasus ini menunjukkan betapa mudahnya teknologi deepfake dapat digunakan untuk melakukan pelecehan seksual di dunia maya.

Dampak Psikologis pada Korban

Para korban pornografi deepfake sering kali mengalami dampak psikologis yang serius, termasuk stres, kecemasan, dan depresi. Mereka merasa terisolasi dan malu, serta khawatir tentang bagaimana reaksi teman-teman dan keluarga mereka terhadap konten yang tidak mereka buat atau setujui. Dalam beberapa kasus, korban juga mengalami gangguan tidur dan penurunan performa akademik akibat tekanan yang mereka alami.

Tanggapan Hukum dan Sosial

Pemerintah Singapura dan lembaga-lembaga sosial telah mulai mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini. Pada Oktober 2024, seorang pria Singapura dijatuhi hukuman 21 minggu penjara karena membuat pornografi deepfake dari keponakan istrinya. Kasus ini menjadi salah satu contoh nyata dari tindakan hukum yang diambil untuk menangani pelecehan seksual berbasis teknologi deepfake.

Selain itu, para pekerja sosial dan advokat keamanan online di Singapura juga mulai meningkatkan kesadaran tentang bahaya pornografi deepfake. Mereka menekankan pentingnya pendidikan tentang keamanan online dan perlindungan data pribadi untuk mencegah terjadinya pelecehan semacam ini di masa depan.

Langkah-langkah yang Dapat Diambil Korban

Bagi mereka yang menjadi korban pornografi deepfake, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk melindungi diri mereka:

  1. Mengambil Tangkapan Layar: Korban disarankan untuk mengambil tangkapan layar dari konten yang bersangkutan sebagai bukti. Meskipun intuitifnya adalah menghapus konten tersebut, bukti ini penting jika korban ingin melaporkan kasusnya secara pidana.
  2. Melaporkan ke Platform: Korban dapat melaporkan konten tersebut ke platform tempat konten tersebut diunggah, seperti Google, Meta, dan Snapchat, untuk meminta penghapusan. Organisasi nirlaba seperti StopNCII.org dan Take It Down juga dapat membantu memfasilitasi penghapusan konten di berbagai platform.

Kesimpulan

Pornografi deepfake telah menjadi ancaman serius di Singapura, terutama bagi remaja perempuan. Dibutuhkan kerjasama antara pemerintah, lembaga sosial, dan masyarakat untuk mengatasi masalah ini. Pendidikan tentang keamanan online dan perlindungan data pribadi sangat penting untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual berbasis teknologi deepfake di masa depan. Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan para korban dapat memperoleh keadilan dan perlindungan yang mereka butuhkan.