IOC Tegaskan Komitmen Lindungi Kategori Perempuan di Ajang Olahraga Dunia

IOC Tegaskan Komitmen Lindungi Kategori Perempuan di Ajang Olahraga Dunia

outsidethearc.com – Presiden baru Komite Olimpiade Internasional (IOC), Kirsty Coventry, secara terbuka menyatakan bahwa mayoritas anggota IOC mendukung perlindungan kategori perempuan dalam dunia olahraga. Ia menyampaikan hal itu dalam konferensi pers perdananya sebagai pimpinan organisasi.

Coventry menyoroti bahwa setiap cabang olahraga memiliki karakter unik. Namun, ia menegaskan bahwa menjaga keadilan dalam kategori perempuan tetap menjadi prioritas utama bagi IOC.

IOC Dorong Pendekatan Ilmiah, Bukan Sekadar Opini

Coventry meminta seluruh pembahasan soal atlet transgender dilandaskan pada riset medis dan data ilmiah. Ia menilai pendekatan berbasis opini atau tekanan publik justru bisa menyesatkan arah kebijakan.

Ia mendorong federasi olahraga internasional untuk aktif dalam perumusan kebijakan ini. “Federasi yang sudah lebih dulu meneliti masalah ini harus duduk bersama kami,” tegas Coventry. Ia juga mengaku mempertimbangkan kebijakan World Athletics yang melarang atlet transgender yang sudah melewati masa pubertas pria untuk bersaing di kategori perempuan.

IOC Pilih Fokus ke Depan, Bukan Meninjau Masa Lalu

Menanggapi pertanyaan soal kemungkinan merevisi hasil pertandingan sebelumnya, Coventry menyatakan IOC tidak akan mengubah keputusan masa lalu. Ia menekankan bahwa fokus organisasi saat ini adalah membangun sistem yang lebih baik ke depan.

“Kami tidak akan membuka ulang hasil yang sudah terjadi. Kami ingin belajar dari itu, lalu menyusun aturan yang lebih adil ke depannya,” katanya. Pernyataan ini muncul setelah dua petinju transgender memenangkan emas di Olimpiade Paris 2024, meskipun sebelumnya gagal lolos uji kelayakan gender di kompetisi lain.

Mayoritas Anggota Dukung Revisi Aturan

Coventry menyebut bahwa hampir semua anggota IOC menyepakati perlunya tindakan konkret. Ia melihat momen ini sebagai kesempatan untuk menyatukan berbagai pandangan dalam satu kerangka kebijakan yang kuat.

Ia berkata, “Kami harus memimpin proses ini. IOC punya peran besar untuk menciptakan konsensus internasional.” Coventry juga mendorong diskusi lintas federasi agar perbedaan aturan tidak menimbulkan kebingungan atau ketidakadilan.

Laporan PBB Perkuat Urgensi Perubahan

Sebuah laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa menambah tekanan terhadap isu ini. Data menunjukkan bahwa lebih dari 600 atlet perempuan kehilangan peluang medali karena bersaing melawan atlet transgender dalam 400 kompetisi berbeda.

Laporan tersebut menyebutkan, “Perubahan kategori perempuan menjadi kategori campuran telah menghilangkan banyak kesempatan dan medali bagi atlet perempuan.” Dengan lebih dari 890 medali terdampak, laporan ini mendorong komunitas olahraga internasional untuk segera bertindak.

Keadilan dan Inklusi Harus Jalan Bersama

Coventry menegaskan bahwa IOC tidak akan mendiskriminasi siapa pun. Namun, ia menekankan bahwa keadilan harus tetap menjadi fondasi utama. Ia menyatakan bahwa sistem harus bisa menghormati partisipasi, tapi tetap menjaga ruang yang adil bagi perempuan.

“Kami ingin semua bisa ikut berkompetisi. Tapi kami juga ingin perempuan tidak kehilangan tempat mereka,” ucapnya.

Kesimpulan: Perubahan Regulasi Sudah di Depan Mata

Pernyataan Coventry membuka peluang besar untuk reformasi kebijakan soal partisipasi atlet transgender. Dengan komitmen terhadap sains, dialog terbuka, dan inklusi federasi, IOC siap menyusun aturan yang lebih adil dan tegas.

Komunitas olahraga global kini menunggu langkah konkret berikutnya. Satu hal yang jelas, diskusi ini akan terus berkembang dan menentukan masa depan persaingan di olahraga internasional.