OUTSIDETHEARC – Jakarta – Sebuah kisah pernikahan yang seharusnya menjadi momen membahagiakan bagi pasangan, berubah menjadi drama yang menarik perhatian publik. Kisah ini dimulai ketika seorang wanita memutuskan untuk membatalkan pernikahannya, sementara sang calon suami menuntut pengembalian dana sebesar Rp 72 juta yang telah dikeluarkan untuk persiapan pernikahan tersebut.
Kisah ini pertama kali viral di media sosial setelah sang wanita membagikan cerita tersebut secara anonim, berharap mendapatkan masukan dari netizen terkait langkah yang harus diambil. Dalam unggahannya, ia menjelaskan bahwa keputusan untuk membatalkan pernikahan diambil setelah menyadari adanya perbedaan prinsip yang signifikan antara dirinya dan calon suami.
Menurut wanita tersebut, hubungan yang telah terjalin selama dua tahun ini mulai menunjukkan keretakan setelah rencana pernikahan mulai dipersiapkan. Dia merasa bahwa perbedaan pandangan hidup dan cara pengambilan keputusan yang tidak sejalan akan menjadi penghalang dalam kehidupan rumah tangga mereka di masa depan.
Namun, keputusan ini tidak diterima dengan baik oleh sang calon suami. Dalam pernyataannya, ia menyatakan bahwa dirinya telah mengeluarkan biaya sebesar Rp 72 juta untuk mempersiapkan pernikahan, termasuk biaya gedung, catering, dan busana pernikahan. Oleh karena itu, ia meminta pengembalian dana tersebut sebagai bentuk kompensasi atas batalnya pernikahan.
Kasus ini memicu berbagai tanggapan dari netizen. Beberapa orang mendukung keputusan wanita tersebut, menekankan pentingnya keselarasan visi dan misi dalam sebuah pernikahan. Sementara yang lain merasa bahwa tuntutan calon suami untuk mendapatkan pengembalian dana adalah hal yang wajar, mengingat besarnya biaya yang telah dikeluarkan.
Dalam situasi seperti ini, para ahli psikologi pernikahan menyarankan agar kedua belah pihak melakukan mediasi untuk mencapai kesepakatan yang adil. “Dalam setiap hubungan, komunikasi adalah kunci. Kedua belah pihak harus duduk bersama, mungkin dengan bantuan pihak ketiga yang netral, untuk membahas solusi terbaik,” ujar Dr. Nina, seorang psikolog pernikahan.
Sementara itu, pihak keluarga kedua belah pihak juga diharapkan dapat memberikan dukungan emosional dan bijaksana dalam menyikapi permasalahan ini, agar tidak menambah ketegangan antara pasangan yang sempat merencanakan masa depan bersama ini.
Cerita ini menjadi pengingat bahwa pernikahan bukan hanya soal cinta, tetapi juga melibatkan banyak aspek lain yang harus dipertimbangkan dengan matang. Keputusan untuk menikah atau membatalkan pernikahan sebaiknya diambil dengan pertimbangan yang matang dan komunikasi yang baik agar tidak menimbulkan penyesalan di kemudian hari.