OUTSIDETHEARC – Di tengah perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan, banyak kota besar di seluruh dunia berlomba-lomba untuk menjadi kota ramah lingkungan. Inisiatif hijau atau “green initiatives” menjadi salah satu langkah strategis untuk menghadapi dampak buruk lingkungan yang disebabkan oleh urbanisasi dan industrialisasi. Kota-kota ini berusaha menciptakan ekosistem yang lebih berkelanjutan melalui berbagai inovasi, seperti pengelolaan sampah yang efektif, peningkatan transportasi publik yang rendah emisi, dan pengembangan ruang terbuka hijau. Berikut ini beberapa inisiatif hijau yang sedang diterapkan di berbagai kota di dunia.

1. Energi Terbarukan sebagai Sumber Utama

Banyak kota mulai mengalihkan penggunaan energi konvensional dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan air. Misalnya, Copenhagen, Denmark, memiliki target ambisius untuk menjadi kota bebas karbon pada tahun 2025. Mereka telah memanfaatkan tenaga angin sebagai salah satu sumber energi utama. Selain itu, kota ini mendorong penggunaan sepeda sebagai moda transportasi utama, serta meningkatkan efisiensi bangunan untuk mengurangi emisi.

Di Reykjavik, Islandia, hampir 100% kebutuhan energi kotanya dipenuhi oleh energi terbarukan, terutama dari tenaga panas bumi dan air. Kota ini berhasil memanfaatkan kekayaan alam untuk menciptakan kota yang rendah emisi sekaligus menjaga kelestarian lingkungannya.

2. Transportasi Berkelanjutan

Transportasi merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di kota-kota besar. Oleh karena itu, banyak kota mulai mengembangkan transportasi publik yang lebih ramah lingkungan. Amsterdam, Belanda, dikenal sebagai kota yang paling ramah pesepeda di dunia. Lebih dari 60% warganya menggunakan sepeda untuk bepergian. Pemerintah setempat juga membatasi penggunaan mobil di pusat kota dan memperbanyak jalur khusus sepeda.

Sementara itu, Singapura telah mengembangkan sistem transportasi publik yang sangat efisien dan rendah emisi. Pemerintah Singapura juga memberlakukan kebijakan jalan berbayar (electronic road pricing) untuk mengurangi kemacetan dan mendorong masyarakat menggunakan transportasi umum seperti bus dan MRT yang ramah lingkungan.

3. Pengelolaan Sampah dan Daur Ulang

Pengelolaan sampah yang efektif menjadi tantangan besar bagi banyak kota, terutama kota besar dengan populasi yang padat. Namun, beberapa kota berhasil menciptakan sistem pengelolaan sampah yang inovatif dan berkelanjutan. Stockholm, Swedia, misalnya, memiliki sistem pembuangan sampah pneumatik di mana sampah rumah tangga diangkut melalui saluran bawah tanah menuju fasilitas pengolahan. Selain itu, Stockholm juga berhasil mengonversi sampah organik menjadi biogas yang digunakan untuk transportasi umum.

Di San Francisco, AS, pemerintah kota telah menerapkan kebijakan daur ulang wajib dan memiliki target ambisius untuk mencapai nol sampah (zero waste) pada tahun 2030. Warga kota ini didorong untuk memilah sampah rumah tangga mereka menjadi kompos, daur ulang, dan limbah.

4. Peningkatan Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di lingkungan perkotaan. Kota yang padat dan dipenuhi gedung bertingkat sering kali kekurangan ruang hijau, yang mengakibatkan kurangnya udara segar dan suhu yang lebih tinggi. Sebagai solusi, banyak kota meningkatkan jumlah taman kota, hutan kota, dan taman atap (rooftop gardens).

Singapura sering disebut sebagai “kota dalam taman” karena memiliki banyak ruang hijau di seluruh penjuru kota. Selain taman-taman besar, Singapura juga mengembangkan kebijakan pembangunan yang mengintegrasikan tanaman hijau dalam gedung-gedung pencakar langitnya. Program “Gardens by the Bay” merupakan salah satu contoh ikonik dari komitmen Singapura untuk menciptakan lingkungan perkotaan yang hijau.

Di Paris, Prancis, pemerintah meluncurkan program penanaman atap gedung dan dinding hijau untuk mengurangi efek pulau panas perkotaan dan meningkatkan kualitas udara. Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan keanekaragaman hayati di kota tersebut.

5. Bangunan Hijau dan Arsitektur Berkelanjutan

Bangunan hijau yang hemat energi menjadi salah satu solusi untuk mengurangi dampak lingkungan dari sektor konstruksi. Vancouver, Kanada, telah memperkenalkan standar bangunan hijau yang ketat, termasuk penggunaan bahan bangunan yang berkelanjutan, pengelolaan air yang efisien, dan pemanfaatan energi terbarukan. Kota ini memiliki target untuk menjadi kota dengan bangunan netral karbon pada tahun 2030.

Tokyo, Jepang, juga menjadi pelopor dalam pengembangan bangunan hijau. Pemerintah kota mendorong penggunaan teknologi cerdas dan material ramah lingkungan dalam pembangunan gedung-gedung tinggi. Tokyo juga aktif mengembangkan gedung yang dapat menahan bencana alam, mengingat letak geografisnya yang rentan terhadap gempa.

Kesimpulan

Inisiatif hijau yang diterapkan oleh berbagai kota di dunia menunjukkan bahwa perubahan menuju keberlanjutan adalah mungkin dan dapat membawa manfaat yang signifikan bagi penduduk kota dan lingkungan. Dari pengembangan energi terbarukan hingga pengelolaan sampah yang efektif, kota-kota ini telah menunjukkan bahwa inovasi dan kebijakan yang berani dapat membuat kota-kota menjadi tempat yang lebih ramah lingkungan, sehat, dan nyaman untuk ditinggali.